Negara miskin air



Hahaha… negara miskin air? Apa itu tidak edan? Manusia adalah tempatnya lupa, salah, khilaf dan dosa. Salah satu bentuknya adalah mengeluh. Seperti saat ini begitu banyak orang yang mengeluhkan cuaca yang panas alias kemarau, kekeringan dimana-mana. Para penumpang di kereta ekonomi tanpa AC, di bus-bus kota yang juga tanpa AC, alangkah tersiksanya mereka. Para pekerja / buruh di lapangan, alangkah tersiksanya mereka. Para penduduk di rumah-rumah petak di sempitnya kota, alangkah tersiksanya mereka. Para pasien di rumah-rumah sakit umum daerah, yang dirawat, yang baru dioperasi, yang menjelang sembuh, alangkah tersiksanya mereka.

Dan yang lebih tersiksa adalah para petani di sawah yang kering kerontang, alangkah menderitanya beliau merindukan hujan yang tak kunjung datang. Sudah tersiksa oleh hawa panas, masih juga harus pusing memikirkan sawahnya yang gagal panen. Takkan ada lagi yang bisa menjadi sumber penghasilan.

Andai saja pemerintah kita MAU lebih peka kepada rakyatnya. Takkan ada berita satu kampung meminum air tinja. Takkan ada para penduduk yang HARUS berjalan puluhan kilometre demi SATU jerigen air keruh. Takkan ada para petani yang merugi karena gagal panen TOTAL. Faktanya, 60 juta penduduk Indonesia tidak menikmati air bersih! Gila, disaat rakyat membutuhkan air bersih, di kediaman para wakil rakyat air selalu melimpah ruah. Apa itu tidak edan? Sudah habis kata-kata untuk mengungkapkan bobroknya kinerja para WAKIL rakyat. ‘Mungkin’ DIAM lebih baik.

Sudah musnah Indonesia negeri agraris yang dulu pernah menjadi lumbung padi di ASIA. Yang lebih lucu lagi, yaitu kita tidak bisa ber swasembada pangan sendiri. Bolehlah kita bilang sawah kita terluas di dunia, tapi soal hasilnya nanti dulu. Saat tanam, bibit susah dan mahal. Saat merawat dan ada hama, obat dan pupuk langka (Mahal dan palsu pula). Saat panen besar, harga anjlok sampek rata dengan tanah. Ironis memang…..

Beras yang kita makan adalah beras impor. Sedangkan padi yang ditanam petani kita, harus berakhir di gudang-gudang bulog. Menumpuk dan jika sudah rusak barulah disebar ke penjuru negeri dengan embel-embel sembako murah. Jika menurutmu lucu, mari kita tertawa bersama hahahahahaaaaa…..

BATU. Misdianto (59) merawat lahan tomat miliknya yang tidak dipanen di Desa Torongrejo, Malang, Jawa Timur, Jumat (16/9). Harga tomat anjlok menjadi Rp. 100 per kilogram. Akibatnya, petani tomat di kawasan tersebut memilih memberikan tomatnya secara gratis kepada warga daripada memanennya karena akan menambah kerugian. ANTARA/Ari Bowo Sucipto

BREBES. Petani memetik cabai yang rusak dan kering di desa Pesantunan, Brebes, Jateng, Senin (19/9). Ratusan hektar tanaman cabai di daerah tersebut rusak dan petani gagal panen dengan kerugian puluhan juta karena kekeringan. ANTARA/Oky Lukmansyah

YOGYAKARTA. Petani memetik jagung siap panen di areal persawahan di daerah Srandakan, Bantul, Sabtu (3/9). Menurut sejumlah petani, cuaca dan iklim yang baik sepanjang tahun ini menghasilkan jagung hibrida kualitas tinggi dengan harga jual berkisar antara Rp 3.000, sampai Rp 4.000. ANTARA/Herka Yanis Pangaribowo

MAKASSAR. Petani tomat sayur memanen tomatnya di Perkebunan Gowa, Sulawsi Selatan, Jumat (9/9). Mereka mengeluhkan turunnya harga tomat sayur dari Rp2.000 per kilogram menjadi Rp1.000 per kilogram. ANTARA/Yusran Uccang

GERUNG. Buruh tani memetik ketan di Dusun Bilatepung, Desa Beleka, Lombok Barat, NTB, Selasa (20/9). Ketan baru panen dijual Rp 400 ribu per kwintal, sementara ketan yang yang telah diolah dan siap pakai dijual Rp 9 ribu per kg. ANTARA/Budi Afandi

SEMARANG. Sejumlah warga menyortir wortel yang baru dipanen di perladangan lereng gunung Merbabu Desa Bagongan, Getasan, Kabupaten Semarang, Senin (19/9). Meski harga wortel turun menjadi Rp 2 ribu dari sebelumnya Rp3 ribu per kilogram. ANTARA/Anis Efizudin

MATARAM. Petani memanen sawi di Kelurahan Pagutan, Mataram, Nusa Tenggara Timur, Kamis (15/9). Sayuran ini dijual Rp 2 ribu per 3 ikat. FOTO ANTARA/Budi Afandi

PASURUAN. Petani mengikat buah kelor (klentang) yang baru dipanen di Desa Pasinan, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (13/9). Sayuran akan dijual ke Pasar Porong Sidoarjo dengan harga Rp 15 ribu per ikat yang berisi 100 batang. ANTARA/Musyawir

MADIUN. Petani memetik daun tembakau pada musim panen di Desa Ngale, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (16/9). Harga daun tembakau kering di wilayah itu saat ini berkisar antara Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kg. FOTO ANTARA/Siswowidodo

LAMPUNG BARAT. Petani menyusun hasil panen kol di Kabupaten Lampung Barat, Selasa (20/9). Sebagian besar lahan kol di wilayah itu tengah memasuki musim panen yang musim ini harganya Rp1.800 per kilogram. ANTARA/Gatot Arifianto/ss/pd/11

KEDIRI. Buruh tani memanen semangka di Kelurahan Ampel, Kediri, Jawa Timur, Jumat (9/9). Semangka yang dikirim ke Bandung dan Jakarta tersebut dibeli dari petani seharga Rp 1.000 per kg. ANTARA/Arief Priyono

Dan baru-baru ini warga Merapi mengeluhkan pembatasan air bersih, untuk mengetahui kelanjutan dari berita tersebut klik disini

Jika kita pikir, rasa dan renungkan lebih dalam. Takkan ada perasaan tersiksa atau menderita karena musim kemarau dan musim hujan. Bukankah semua ini adalah kehendakNya? Repotnya jadi manusia yang tidak pernah bersyukur, saat kemarau merindukan hujan, saat musim hujan justru merindukan kemarau. Mungkin pasrah dan ikhlas adalah satu-satunya jalan agar kita bisa lebih menikmati dan mensyukuri hidup ini. Terlebih lagi jika sudah mencakup masalah alam, maka kita sudah tidak bisa melawannya. Kemarau dan hujan adalah sebuah mahakarya dari Sang Pencipta. Yang sudah pasti terjamin keseimbangan dosis antara kemarau dan hujan. Maka dari itu saudara-saudaraku, marilah kita menikmati apa yang telah Dia berikan. Salam AkiRAT... MERDEKA!!!

posted under |

1 komentar:

$cocoper6 mengatakan...

Air datang sebagai anugrah, tetapi di Indonesia air datang sebagai bencana, saat air tak ada mereka mencari.
Hutan digunduli untuk kenikmatan sesaat, air disedot dari dalam tanah hanya untuk pelepas dahaga sementara, semuanya dilakukan ya sekali pakai, tapi tidak pernah berpikir apa yang harus disisakan untuk kehidupan akan datang.
Pendapat bahwa hidup cuma satu kali harus diluruskan, karena sepertinya buat orang berpikir egois. Kita hidup memang sekali, tetapi kita hidup bukan hanya untuk kita, tapi untuk orang lain nanti sebagai generasi penerus setelah kita. Pikirkanlah itu.

*****
Anak Zaman menjawab :
Terima kasih sudah berkomentar di blognya orang goblok, MERDEKA!!!
*****

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda





Boekoe Tamoe

Sms gratis ini dari RAKYAT, oleh RAKYAT dan untuk RAKYAT

Followers


Recent Comments