Keadilan itu masih sebatas impian



Hahaha... keadilan itu masih sebatas impian? Apa itu tidak edan? Kembali, hukum di Indonesia menampakkan taringnya. Tentu saja kepada rakyat kecil, tentunya. Untuk kesekian kalinya, dan entah sampai kapan lagi keadilan akan berpihak kepada rakyat. Ya rakyat, pihak yang seharusnya perlu, harus, wajib dan diutamakan di mata hukum. Pada kenyataannya hukum di negeri ini justru menindas kaum yang seharusnya dilindungi. Berita terbaru atau bisa dibilang tragedi terbaru terjadi di Garut, Jawa barat. Gara-gara pasir, seorang guru SD bernama Vini Novianti (33), dipenjarakan jaksa. Untuk mengetahui lebih lengkap bisa dibaca disini

Jika bisa diibaratkan, hukum di negeri ini seperti pisau : tajam ke bawah, tumpul ke atas. Itu fakta yang tidak bisa dibantah, tapi akan berbuntut panjang jika diperdebatkan. Berbuntut panjang alias ruwet seperti benang kusut. Jika kita mau jujur, negeri ini gudangnya ahli ilmu, yang sejatinya hanya ahli berdebat. Mungkin saking pinternya sampai cuma adu mulut aja kayak ayam, tanpa ngasih solusi. Apakah benar karena hukum di negeri ini warisan kolonial, hingga menindas rakyat dengan kekuasaan? Kalo gitu ubah saja UUD 1945 dengan UUD 2011, beres kan? Tapi itu hanya mimpi, karena UUD 1945 telah menjadi ‘kondom’ bagi para penguasa. Karena UUD 1945 telah menjadi ‘lumbung’ bagi orang-orang yang berkepentingan. Dan rakyat kecil, hanya menjadi penonton, hanya menjadi musafir, hanya menjadi sampah, di negeri yang seharusnya menjadi surga bagi mereka.

Jika kita melihat begitu heroiknya para mahasiswa yang mengaku sebagai aktivis HAM, kemanusiaan atau apalah. Atau orang-orang di jalanan, di warung kopi, di pasar dan dimana saja yang mengaku anti koruptor. Mereka terlihat begitu amat sangat idealis sekali. Tetapi, ketika mereka telah sampai kepada sebuah keadaan dimana hal itu menyangkut masa depannya atau orang-orang di sekitarnya. Maka, singa-singa lapar itu bagaikan kucing melihat ikan asin. Misal ketika mantan aktivis yang memasuki dunia kerja (khususnya dan terutama PNS) , mau tidak mau harus memberi upeti. Juga, orang-orang yang mengaku anti dan benci dengan koruptor pun jatuh dalam kubangan kehinaan. Demi anak harus mau memberi upeti, dengan harapan sang anak menjadi abdi Negara. Dan nyatanya mereka mau, kalaupun tidak mau tetap harus dilakukan, ini bukan rahasia lagi di negeri ini. Silahkan membantah dan menyangkal, tetap saja takkan merubah kenyataan itu. Pokoknya semua PNS harus bayar, entah itu guru, polisi, tentara dll. Lucu sekali jika melihat sebelumnya mereka berkoar-koar anti kemapanan lah, anti KKN lah. Atau mungkin itu hanya dilakukan untuk menutupi kemunafikannya? Apa jadinya jika negeri ini diisi jiwa-jiwa yang penuh kemunafikan. Tidak heran, jika negeri ini selalu kacau balau bahkan semakin hari semakin parah saja. Gara-gara nila setitik maka rusaklah susu sebelanga, Jendral!

Jika bisa dibilang, negeri ini dan semua komponen penggerak dalam pemerintahan, hukum bahkan pendidikan adalah jiwa-jiwa yang mengemis kepada kemunafikan. Pemilik sah negeri ini adalah para pemulung, pengamen, loper Koran, nelayan, tukang becak, pedagang kaki lima, kuli harian, dan petani. Hanya merekalah orang-orang merdeka di negeri ini, yang makan debu jalanan dan minum air keringat. Sedangkan, semua orang yang bekerja di negeri ini (kecuali swasta), adalah orang-orang yang jatuh dalam era penjajahan model millennium. Penjajahan era millennium yang saya maksud adalah ketika seseorang hidup dari hasil pajak saudaranya yang hidup menderita, kekurangan dan tertindas. Salam AkiRAT... MERDEKA!!!

posted under |

2 komentar:

Hebbywood mengatakan...

Baru posting semalem eh siang ini bu guru bebas. Terima kasih Tuhan, Kau tunjukkan keadilan dan kebesaranMu di saat umatMu membutuhkan

*****
Anak Zaman menjawab :
Terima kasih sudah berkomentar di blognya orang goblok, MERDEKA!!!
*****
$cocoper6 mengatakan...

Keadilan adalah impian bagi orang benar, tapi sebaliknya adalah kenyataan bagi orang salah. itu yang terjadi di negeri ini. Kaki di kepala, kepala di kaki.
Negeri dimana ketidakadilan dijunjung tinggi, negeri dimana keadilan sosial tetap hanya sebagai cita-cita dalam undang-undang dasar dan dasar negaranya.
Negeri yang selalu memimpikan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Negeri yang hanya mengakomodir ketidakadilan. Negeri yang hanya adil pada yang bayar, negeri yang adil pada siapa yang berkuasa, negeri yang tidak bisa menimbanh yang baik dan tidak, negeri yang buta dan tuli akan kebenaran, negeri yang takut membela rakyat kecilnya, negeri yang secara tidak sadar menyengsarakan rakyatnya, negeri yang bangga pertumbuhan ekonomi tinggi tapi kesenjangan makin tinggi pula, negeri yang bangga akan keadilan elit poltitiknya saja. Ya beginilah Indonesia, yang tidak kunjung ada perbaikan bagi kemakmuran rakyat secara merata dan penuh keadilan bagi seluruh rakyatnya.

*****
Anak Zaman menjawab :
Terima kasih sudah berkomentar di blognya orang goblok, MERDEKA!!!
*****

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda





Boekoe Tamoe

Sms gratis ini dari RAKYAT, oleh RAKYAT dan untuk RAKYAT

Followers


Recent Comments